-->

Hikmah Dibalik Sedekah Secara Sembunyi-Sembunyi

BidikSerp Blogspot - Inilah hikmah dibalik ibadah sodaqoh dengan cara secara sembunyi-sembunyi (diam-diam).
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika salah seorang yang mengumpulkan hartanya yang banyak untuk bershadaqah sembunyi – sembunyi. Ia kumpulkan uang sampai berjumlah sekian ribu dinar dalam 1 tahun. Kerja khusus untuk bershadaqah tapi sembunyi – sembunyi. Sudah terkumpul, pergi keluar malam hari. Dilihat ada

seorang wanita tidur di jalanan. “Wah ini orang susah”, kasih uang ia menutup wajahnya memberikan bungkusan uang itu dan lari supaya tidak diketahui wajahnya. Pagi hari gempar di kampung. Ada pelacur diberi shadaqah oleh orang sembunyi – sembunyi. Ia berkata “Subhanallah!! Salah beri, aku kira wanita susah ternyata pelacur”, “Ya Rabb aku setahun mengumpulkan uang untuk dapat pahala shadaqah yang sembunyi – sembunyi ternyata uangku untuk pelacur”.

Tapi ia tidak putus asa, ia kumpulkan lagi uang sampai setahun yang jumlahnya sekian ribu dinar. Sekarang aku tidak mau tertipu, pilih – pilih dulu. Dilihatnya orang sedang duduk diam saja di satu tempat yang gelap. “ini pasti orang susah”, diberi padanya lalu lari. Paginya gempar lagi, pencuri sedang ingin mencuri mendapat uang shadaqah dengan jumlah uang yang besar. “Ya Rabb 2 tahun aku bekerja khusus untuk memberi nafkah orang yang susah dengan sembunyi – sembunyi. Tahun pertama pelacur, tahun kedua pencuri”.

Ia tidak jera, kumpulkan lagi sampai 1 tahun. “Ya Rabb ini yang terakhir, kalau sudah masih lagi sampai shadaqah bukan kepada mustahiq, selesai Ya Rabb aku tidak mampu lagi”. Dia lihat orangtua tengah malam jalan sendiri dengan tongkatnya tertatih – tatih. “Wah ini orang yang pasti berhak, malam – malam begini orangtua jalan malam - malam dengan tongkat pasti orang susah”. Dilemparnya uang itu “ini untukmu” dan ia pun pergi. Pagi hari gempar lagi kampung, “ada kabar apa?” orang paling kaya dan paling kikir dapat uang semalam oleh orang yang shadaqah sembunyi – sembunyi. “Ya Rabb yang pertama pelacur, yang kedua pencuri, yang ketiga orang paling kaya dan paling kikir di kampungnya. Ya Rabb apa arti dari perbuatanku?”.

Ia pun diam, sekian tahun kemudian… 20 tahun kemudian, Allah Swt sampaikan kabar padanya ada dua orang ulama besar adik kakak. Muridnya puluhan ribu dan ia termasuk orang yang asyik dengan ulama itu. Ini ulama adik kakak dua – duanya orang yang sangat luar biasa ilmunya luas, pengikutnya puluhan ribu. Ia berkata “Subhanallah!! ini ulama adik kakak siapa ayahnya?”. Kasak – kusuk tanya kesana – kemari ternyata 2 orang anak itu adalah ibunya seorang pelacur dulu tapi tengah malam ada yang memberi shadaqah sembunyi – sembunyi. Ibunya itu melacur untuk nafkah anaknya maka ia taubat dari pelacurannya dan ia sekolahkan kedua anaknya dengan hartanya itu. Allah jadikan dengan harta itu anak ini jadi orang baik menjadi ulama besar dan pahalanya kembali padanya. Airmatanya mengalir, ternyata yang kuberikan 20 tahun yang lalu Allah menjadikannya berlipat ganda sampai muncul 2 orang ulama shalih sampai puluhan ribu orang yang beribadah mengikuti ilmunya dan pahalanya untuk dia. Ini keikhlasan seseorang.

Tidak lama kemudian ia dengar lagi ada seorang wali shalih wafat. Masya Allah ratusan ribu yang mengantar jenazahnya. Siapa orang itu? Orang itu dulu pencuri, saat ia sedang mencuri ia berdoa kepada Allah “Ya Rabb beri aku keluhuran kalau aku dapat rizqi malam ini aku taubat”. Ada yang melemparinya uang lantas ia bertaubat ia bershadaqah, ia masuk ibadah dan ia tidak keluar dari tempat ibadahnya sampai Allah angkat ia menjadi orang yang shalih.

Lantas ia (orang ygersedekah yg terharu atas dua kabar itu berkata) berdoa “Ya Rabb tinggal yang ketiga, bagaimana dengan orangtua yang paling kaya dan kikir di kampung kami”. “oo orang itu sudah wafat tapi ia pindah ke tempat lain berwasiat mengirimkan seluruh hartanya untuk membangun Baitul Maal bagi para anak yatim sampai sekarang itu hartanya masih makmur”. Kenapa? gara – gara dia malu tengah malam katanya, dia yg kaya kikir, tengah malam ada yang sedekahi. Dia berkata “ini orang sedekah padaku, sementara aku tidak pernah shadaqah. Aku nafkahkan seluruh hartaku dan harta ini untuk

baitul maal” dan untungnya terus berlipat ganda sampai 20 tahun tidak berhenti. Ini pelipatgandakan di dunia dan pahalanya di hari kiamat dinaungi oleh Allah Swt.

Rasulullah berdiri “siapa yang mau berinfak?”

sayyidina Utsman berdiri

“aku ya Rasulullah 100 ekor onta” (1 ekor onta itu harganya 40 ekor kambing) 100 ekor onta sudah dengan pelananya “Siap”, sayyidina Utsman bin Affan ra,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata

“jazakallah khair ya Utsman” duduk Sayyidina Utsman,

Rasul berdiri lagi,

“ada lagi yang mau berinfak?”

Sayyidina Utsman berdiri lagi

“ya Rasulullah, aku 200 ekor onta tambah yang tadi 100 jadi 300”

Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam berkata

“cukup Utsman duduk, yang lain ada yang bantu?”

diri lagi Sayyidina Utsman

“ya Rasulullah 300 ekor onta tambah 300 yang tadi 200 pertama 100, 200, 300 jadi jumlahnya 600 ekor onta dengan pelananya dengan perlengkapannya fisabilillah”

Maka berkatalah Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam

“tidak ada lagi yang akan musibah menimpa Utsman bin Affan setelah ini”

seluruh biaya menuju perang Tabuk ditanggung Utsman bin Affan Ra.

Jika ingin dimaafkan dari dosa-dosa, maka maafkan kesalahan orang lain kepadamu dan kau akan dibebaskan dan mendapatkan cahaya maaf dari Sang Maha Pemaaf, karena Sang Maha Pemaaf malu jika tidak memaafkan hamba-Nya yang pemaaf. Sebagaimana sebuah doa yang teriwayatkan dalam riwayat yang shahih:

اَللّهُمَّ إِنَكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا

“Wahai Allah, sesungguhya Engkau Maha pemaaf, menyukai maaf maka maafkanlah kami”

Makna bersedekah

Dalam Al Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّئَةُ حَبَّةٍ وَٱللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَآءُ وَٱللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya : "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui." (Q.S Al Baqarah: 261).

Sedekah merupakan penolak bala, penyubur pahala, dan melipat gandakan rezeki; bagai sebutir benih yang ditanam akan menghasilkan tujuh cabang, yang pada tiap-tiap cabang itu terjurai seratus biji. Selain itu seorang hamba akan mencapai hakikat kebaikan dengan sedekah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

لَنْ تَنَالُواْ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُواْ مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Artinya: "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya." (Q.S Ali Imran: 92)

Tapi, entah mengapa sebagian manusia justru merasa berat dan susah jika menyisihkan sebagian harta dan perhiasan-perhiasan duniawi yang mereka miliki. Harta yang dikumpulkan dengan susah payah itu, dianggap sebagai miliknya dan tidak ada untungnya jika harus dibagi atau diberikan kepada orang lain. Alasannya takut merugi dan kehilangan jika harus membagi sebagian harta yang telah dikumpulkannya itu. Padahal, dalam setiap harta yang dikumpulkan seseorang, ada hak bagi mereka yang memerlukan dan membutuhkan adalah satu sunnah Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang patut diamalkan.

Tetapi, sifat kikir, merasa rugi dan juga takut miskin kerap menjadi penghalang bagi seseorang untuk membagikan hartanya yang dimiliki, apalagi sesuatu yang amat dicintai. Padahal, di balik uluran tangan atau menyedekahkan harta itu ada keutamaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala janjikan. Apa keutamaan dari janji itu ketika seseorang ringan tangan dalam bersedekah?

Ali bin Muhammad Ad-Dahhami dalam buku Sedekahlah, Maka Kau Akan Kaya (Daar An-Naba’:2007) membeberkan keutamaan sedekah dan faedahnya yang digali dari beberapa hadits. Adapun keutamaan itu antara lain; sedekah dapat memadamkan kemarahan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dapat menghapus kesalahan, perisai dari api neraka, mengobati penyakit hati, menolak berbagai macam bala’, melipatgandakan pahala, dan masih banyak lagi. Beliau juga menerangkan bagaimana cara melaksanakan sedekah yang paling utama, adab-adab dalam bersedekah, serta beberapa contoh dan teladan dalam bersedekah.

Selain itu, sedekah juga bisa menambahkan kekayaan. Bahkan orang yang bersedekah di waktu pagi, maka dia akan diselamatkan dari bencana alam sepanjang hari itu. Dan jika orang bersedekah pada permulaan malam, dia akan diselamatkan dari bencana disepanjang malam. Dengan sedekah, sakit pun bisa sembuh. Karena itu, kalau orang memenuhi kebutuhan rumah tangga seorang Muslim, menyelamatkan mereka dari kelaparan, memberi mereka pakaian dan melindungi kehormatan mereka, amalnya lebih baik dibandingkan berhaji sebanyak tujuh kali. Padahal, berhaji itu lebih baik dibandingkan dengan memerdekakan tujuh puluh budak dan orang yang membebaskan budak, maka Allah akan membebaskan setiap tubuhnya dari api neraka untuk satu anggota tubuh seorang budak yang dibebaskan itu.

Karena itulah, kita tak lagi asing mendengar kisah para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang amat ringan tangan dalam bersedekah. Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu’anhu telah menginfakkan seluruh hartanya dalam suatu kesempatan, dan Umar Radhiallahu’anhu menginfakkan separoh hartanya, sedangkan Utsman Radhiallahu’anhu menyiapkan bekal seluruh pasukan al-‘usrah. Jika kita merasa berat dengan sedekah harta, ada banyak bentuk sedekah lain yang bisa kita lakukan. Salah satunya adalah sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa “Senyum dihadapan saudaramu adalah sedekah” (H.R Muslim).

Nah, semoga kita dapat meneladani apa yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya untuk mendapatkan balasan yang sudah dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sejumlah keutamaan di balik sedekah itu. Amin!!

Beberapa Keutamaan lainnya dari bersedekah

1. Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-., Nabi -sholallahu 'alaihi wasallam-. bersabda, "Seandainya aku mempunyai emas sebesar gunung Uhud, sungguh aku gembira apabila ia tidak tertinggal di sisiku selama tiga malam, kecuali aku sediakan untuk membayar utang."(HR. Bukhari, Misykât)

2. Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-. berkata bahwa Nabi -sholallahu 'alaihi wasallam-. bersabda, "Ketika seorang hamba berada pada waktu pagi, dua malaikat akan turun kepadanya, lalu salah satu berkata, ‘Ya Allah, berilah pahala kepada orang yang menginfakkan hartanya.’ Kemudian malaikat yang satu berkata, ‘Ya Allah, binasakanlah orang-orang yang bakhil." (HR. Muttafaq ‘Alaih- Misykât).

3. Dari Abu Umamah -radhiyallahu 'anhu-., Nabi -sholallahu 'alaihi wasallam-. bersabda, "Wahai anak Adam, seandainya engkau berikan kelebihan dari hartamu, yang demikian itu lebih baik bagimu. Dan seandainya engkau kikir, yang demikian itu buruk bagimu. Menyimpan sekadar untuk keperluan tidaklah dicela, dan dahulukanlah orang yang menjadi tanggung jawabmu." (HR. Muslim, Misykât).

4. Dari Uqbah bin Harits -radhiyallahu 'anhu-., ia berkata, "Saya pernah shalat Ashar di belakang Nabi -sholallahu 'alaihi wasallam-., di Madinah Munawwarah. Setelah salam, beliau berdiri dan berjalan dengan cepat melewati bahu orang-orang, kemudian beliau masuk ke kamar salah seorang istri beliau, sehingga orang-orang terkejut melihat perilaku beliau -sholallahu 'alaihi wasallam-. Ketika Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam-. keluar, beliau merasakan bahwa orang-orang merasa heran atas perilakunya, lalu beliau bersabda, ‘Aku teringat sekeping emas yang tertinggal di rumahku. Aku tidak suka kalau ajalku tiba nanti, emas tersebut masih ada padaku sehingga menjadi penghalang bagiku ketika aku ditanya pada hari Hisab nanti. Oleh karena itu, aku memerintahkan agar emas itu segera dibagi-bagikan." (HR. Bukhari-Misykât).

5. Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-., ia berkata bahwa seseorang telah bertanya kepada Nabi -sholallahu 'alaihi wasallam-., "Ya Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya?" Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam-. bersabda, "Bersedekah pada waktu sehat, takut miskin, dan sedang berangan-angan menjadi orang yang kaya. Janganlah kamu memperlambatnya sehingga maut tiba, lalu kamu berkata, ‘Harta untuk Si Fulan sekian, dan untuk Si Fulan sekian, padahal harta itu telah menjadi milik Si Fulan (ahli waris)." (H.R. Bukhari, Muslim-Misykât).

6. Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-. berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam-. bersabda, "Seorang laki-laki dari Bani Israil telah berkata, ‘Saya akan bersedekah.’ Maka pada malam hari ia keluar untuk bersedekah dan ia telah menyedekahkannya (tanpa sepengetahuannya) ke tangan seorang pencuri. Pada keesokan harinya, orang-orang membicarakan peristiwa itu, yakni ada seseorang yang menyedekahkan hartanya kepada seorang pencuri. Maka orang yang bersedekah itu berkata, "Ya Allah, segala puji bagi-Mu, sedekah saya telah jatuh ke tangan seorang pencuri." Kemudian ia berkeinginan untuk bersedekah sekali lagi. Kemudian ia bersedekah secara diam-diam, dan ternyata sedekahnya jatuh ke tangan seorang wanita (ia beranggapan bahwa seorang wanita tidaklah mungkin menjadi seorang pencuri). Pada keesokan paginya, orang-orang kembali membicarakan peristiwa semalam, bahwa ada seseorang yang bersedekah kepada seorang pelacur. Orang yang memberi sedekah tersebut berkata, "Ya Allah, segala puji! bagi-Mu, sedekah saya telah sampai ke tangan seorang pezina." Pada malam ketiga, ia keluar untuk bersedekah secara diam-diam, akan tetapi sedekahnya sampai ke tangan orang kaya. Pada keesokan paginya, orang-orang berkata bahwa seseorang telah bersedekah kepada seorang kaya. Orang yang telah memberi sedekah itu berkata, "Ya Allah, bagi-Mu segala puji. Sedekah saya telah sampai kepada seorang pencuri, pezina, dan orang kaya." Pada malam berikutnya, ia bermimpi bahwa sedekahnya telah dikabulkan oleh Allah -Ta'ala-. Dalam mimpinya, ia telah diberitahu bahwa wanita yang menerima sedekahnya tersebut adalah seorang pelacur, dan ia melakukan perbuatan yang keji karena kemiskinannya. Akan tetapi, setelah menerima sedekah tersebut, ia berhenti dari perbuatan dosanya. Orang yang kedua adalah orang yang mencuri karena kemiskinannya. Setelah menerima sedekah tersebut, pencuri tersebut berhenti dari perbuatan dosanya. Orang yang ketiga adalah orang yang kaya, tetapi ia tidak pernah ber! sedekah. Dengan menerima sedekah tersebut, ia telah mendapat p! elajaran dan telah timbul perasaan di dalam hatinya bahwa dirinya lebih kaya daripada orang yang memberikan sedekah tersebut. Ia berniat ingin memberikan sedekah lebih banyak dari sedekah yang baru saja ia terima. Kemudian, orang kaya itu mendapat taufik untuk bersedekah." (HR. Kanzul-‘Ummâl)

7. Dari Ali -radhiyallahu 'anhu-., Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam-. bersabda, "Segeralah bersedekah, sesungguhnya musibah tidak dapat melintasi sedekah." (HR. Razin, Misykât)

8. Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-., Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam-. bersabda, "Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Allah -Ta'ala-. akan menambah kemuliaan kepada hamba-Nya yang pemaaf. Dan bagi hamba yang tawadhu’ karena Allah -Ta'ala-., Allah -Ta'ala-. akan mengangkat (derajatnya)." (HR. Muslim; Misykât)

9. Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-. berkata bahwa Nabi -sholallahu 'alaihi wasallam-. bersabda, "Ketika seseorang sedang berada di padang pasir, tiba-tiba ia mendengar suara dari awan, ‘Curahkanlah ke kebun Fulan.’ Maka bergeraklah awan itu, kemudian turun sebagai hujan di suatu tanah yang keras berbatuan. Lalu, salah satu tumpukan dari tumpukan bebatuan tersebut menampung seluruh air yang baru saja turun, sehingga air mengalir ke suatu arah. Ternyata, air itu mengalir di sebuah tempat di mana seorang laki-laki berdiri di tengah kebun miliknya sedang meratakan air dengan cangkulnya. Lalu orang tersebut bertanya kepada pemilik kebun, "Wahai hamba Allah, siapakah namamu?" Ia menyebutkan sebuah nama yang pernah didengar oleh orang yang bertanya tersebut dari balik mendung. Kemudian pemilik kebun itu balik bertanya kepadanya, "Mengapa engkau menanyakan nama saya?" Orang itu berkata, "Saya telah mendengar suara dari balik awan, ‘Siramilah tanah Si Fulan,’ dan saya mendengar namamu disebut. Apakah sebenarnya amalanmu (sehingga mencapai derajat seperti itu)?" Pemilik kebun itu berkata, "Karena engkau telah menceritakannya, saya pun terpaksa menerangkan bahwa dari hasil (kebun ini), sepertiga bagian langsung saya sedekahkan di jalan Allah -Ta'ala-., sepertiga bagian lainnya saya gunakan untuk keperluan saya dan keluarga saya, dan sepertiga bagian lainnya saya pergunakan untuk keperluan kebun ini." (Hr. Muslim)

Related Posts: Hikmah Dibalik Sedekah Secara Sembunyi-Sembunyi

Masalah Mengawini Wanita Hamil dan Hukumnya

Masalah mengawini wanita hamil Setiap manusia menghendaki menikah dalam keadaan suci, tapi banyak hal yang terjadi di era kebebasan yang k...

Popular Posts